Penderita Diabetes Masih Diperbolehkan Untuk Berpuasa, Asal...?

Penderita Diabetes Masih Diperbolehkan Untuk Berpuasa, Asal...?
Pencegahan DIABETES | "Ada kabar istimewa buat sahabat yang beragama Islam...!, dengan datangnya bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh dengan rahmat, berkah serta ampunan, biasanya akan disambut dengan penuh kegembiraan. Namun tidak demkian halnya, bagi sebagian kalangan terutama bagi penderita penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, menjalankan ibadah puasa bagi diabetesi kadang sangat menyulitkan bagi mereka. 

Penyandang kencing manis masih “diperbolehkan”
untuk menjalankan ibadah puasa, namun tentunya mesti dikonsultasikan dulu dengan dokter. Lantas, apakah penderita kencing manis atau penyakit gula boleh berpuasa ?

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis (menahun) terutama bagi penderita diabetes melitus tipe 1, yang terjadi akibat gangguan produksi hormon insulin dalam tubuh. Hormon ini berfungsi untuk mengangkut gula dalam darah (yang biasa disebut gula darah) ke seluruh jaringan tubuh, yang sangat diperlukan sebagai sumber energi.  

Sedangkan bila mengonsumsi gula murni (sukrosa) maupun karbohidrat kompleks, yang bisa dipecah menjadi senyawa gula sederhana, terus berlangsung setiap hari, maka hormon insulin yang produksinya terbatas akan kewalahan untuk mengangkutnya. Maka akibatnya, akan terjadi penumpukan gula dalam darah.

Kalau hal ini terus menerus terjadi, maka lama kelamaan ’’sampah gula’’ ini pun akan menjadi racun yang mencemari kesehatan tubuh secara keseluruhan. Untuk memperkecil dampak negatif tersebut, sedapat-dapatnya tubuh harus ikut membantu membuang sampah gula itu. Timbunan gula yang mubazir itu kemudian akan  “diserahkan pada ginjal”, agar dibuang ke luar tubuh. 

Sehingga gula buangan itu menumpang lewat keluar bersama air kencing (urine), sehingga air seni pun akan jadi terasa manis. Dari sinilah asal muasal mengapa penyakit diabetes mellitus kemudian populer disebut dengan sebutan penyakit “kencing manis”.

Karena mengandung gula, air seni lalu menjadi lebih pekat. Padahal, ’’persyaratan’’ air kencing yang boleh lolos melalui saluran pembuangan tersebut haruslah yang encer. Sebagai upaya untuk mengencerkan air kencing, gula lalu menarik air yang terdapat dalam jaringan tubuh. Hal inilah yang mendorong penderita Diabetes Melitus (DM) untuk minum lebih banyak karena lebih sering terasa haus. 

Jika dorongan untuk minum ini tidak segera dipenuhi, penderita DM bisa mengalami dehidrasi (kekurangan cairan dalam tubuh). Keadaan ini menjadikan gula darah semakin pekat dan jika dibiarkan terus menerus, bisa mengakibatkan dan membahayakan kesehatan.

Tidak semua penderita penyakit "kencing manis" atau diabetes itu aman untuk melaksanakan ibadah berpuasa. Hanya penderita yang kadar gula darahnya terkendali dan tidak menderita komplikasi penyakit lain yang diperbolehkan. Yang dimaksud dengan gula darah disebut terkendali itu, jika kadar gula darahnya ’’dalam uji klinis dinyatakan sebagai nilai GTT (Glucose Tolerance Test)’’, “TIDAK” boleh lebih dari 180 miligram per 100 mililiter. Dalam kondisi demikian, jumlah gula darah berimbang dengan kemampuan insulin untuk mengangkutnya, sehingga tidak terdapat timbunan sampah gula dalam darah.

Diabetasi, atau penderita diabetes diperbolehkan untuk melaksanakan ibadah puasa apabila memang memungkinkan berdasarkan sejumlah pertimbangan seperti penilaian kondisi fisik, penilaian kontrol metabolik, penyesuaian diet dan penyesuaian jenis obat.

"Jangan khawatir...! Pasien Diabetes Melitus yang masih diperbolehkan untuk berpuasa, asalkan kadar gula darahnya masih terkendali yakni kurang dari 110 mg/dL sewaktu berpuasa dan kurang dari 160 mg/dL pada waktu dua jam setelah berpuasa.

Pasien Diabetes Melitus tipe 1 (diabetes karena kurangnya produksi insulin) yang stabil atau terkendali dengan perencanaan makan dan olahraga yang teratur masih diperbolehkan untuk berpuasa.  Puasa juga bisa dilakukan semua pasien Diabetes Melitus tipe 2 (diabetes akibat kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin) dengan berat badan yang lebih serta kontrol gula darah yang baik dan seimbang serta pengawasan glukosa darah secara ketat.

Pasien diabetes yang mendapat suntikan insulin hanya satu kali per hari masih diperbolehkan untuk berpuasa,  sedangkan pasien yang mendapatkan suntikan dua kali sehari atau lebih dianjurkan untuk tidak berpuasa. Bagi diabetasi yang aman berpuasa, agar selalu memantau kadar glukosa darahnya dengan ketat dan belajar mengenali gejala hipoglikemia dan dehidrasi sejak dini.“Jika glukosa darah kurang dari 63 mg/dL sebaiknya segera berbuka”.

Sementara itu,  bagi pasien Diabetes Melitus tipe 1 yang tidak stabil kadar gula darahnya serta pasien DM tipe 1 dan DM tipe 2 dengan kontrol gula darahnya yang buruk, dianjurkan untuk “tidak puasa”.

Puasa, juga diingatkan tidak dilakukan oleh diabetasi yang tidak mengikuti diet, pemakaian obat dan pengaturan aktivitas. Juga tidak baik untuk penyandang DM dengan komplikasi serius, pasien dengan riwayat ketoasidosis, pasien yang sedang hamil atau getational diabetes, pasien yang sedang mengalami infeksi, usia tua dengan masalah kesadaran serta yang mengalami dua kali atau lebih episode hipoglikemia selama Ramadan.

Kadar gula darah yang terkendali hanya mungkin tercapai jika penderita Diabetes Melitus, berdisiplin dalam menjalankan dietnya dan disiplin berolah raga. Kesiapan untuk berpuasa bisa diupayakan antara lain dengan tidak mengkonsumsi sama sekali gula murni (sukrosa) seperti gula pasir, gula merah, dan sebagainya, jauh-jauh hari sebelumnya. 

Juga makanan atau bahan makanan yang mengandung gula (seperti: sirup, selai, jeli, manisan buah, susu kental manis, soft drink, es krim, cake, dodol, aneka kue manis, abon, dendeng, sarden, dan sebagainya).Juga konsumsi makanan yang terbuat dari tepung sebaiknya agar dikurangi.

Konsumsi karbohidrat, terutama yang berasal dari makanan utama (nasi atau penggantinya) dan juga kalori harus ditukar sesuai dengan kesanggupan tubuh untuk menggunakannya. Hal ini sangat tergantung pada umur penderita, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan, aktivitas fisik, serta kelainan metabolik. 

Hanya dokter maupun ahli gizi yang bisa menyusun diet yang paling tepat bagi setiap penderita Diabetes melitus. Hindari juga mengadopsi pola diet orang lain, sekalipun Anda dan dia memiliki kondisi fisik, berat badan dan tinggi badan yang sama, misalnya.

Perbanyaklah konsumsi bahan makanan yang kaya serat, baik serat yang bersifat larut dalam air maupun yang tidak. Serat bisa diperoleh dari buah apel yang banyak mengandung pektin, aneka kacang-kacangan (kecuali kacang tanah, karena banyak mengandung lemak), sayur-sayuran yang masih segar, yang dimasak ringan maupun yang disantap mentah sebagai lalapan.

Saat melaksanakan ibadah puasa, saluran pencernaan sama sekali tidak menerima asupan makanan dan minuman selama kurang lebih 14 jam (di Indonesia) dan hal itu menyebabkan terjadinya beberapa perubahan fisiologis.

Dengan melaksanakan ibadah puasa, menyebabkan penurunan kadar glukosa dalam darah, tapi tidak secara drastis. Glukosa darah dipertahankan sebanyak 60-126 mg/dL melalui mekanisme kerja hormon insulin dan kontra regulator insulin. Dengan menjalani ibadah puasa, tubuhpun menjadi stres karena terjadi peningkatan hormon kontra insulin. 

Hal inilah yang menyebabkan proses glikogenesis dan glukoneogenesis pada pasien Diabetes Melitus menjadi tak terkendali dan cenderung lebih cepat sehingga menyebabkan ketoasidosis dan dehidrasi.

Untuk itu, bagi penderita diabetes yang memang ingin melaksanakan ibadah puasa Ramadhan, agar sewaktu sahur dilakukan menjelang waktu imsak tiba dan makanan yang dikonsumsi dengan lebih baik dan menarik, agar jumlah yang dikonsumsi cukup dan asupan kalorinya kurang lebih sama dengan kebutuhan kalori sehari-hari. Sebaiknya pasien diabetes mengonsumsi makanan yang segar dan bergizi tinggi secara bertahap yakni; 50% saat berbuka puasa, 10% setelah shalat taraweh dan 40% ketika makan sahur.

Konsumsi cairan disesuaikan dengan kebutuhan normal, sekitar delapan gelas per hari. Sebaiknya membatasi makanan yang manis dan makanan yang digoreng serta memilih untuk mengonsumsi karbohidrat kompleks ketika makan sahur.

"SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA"


PS: Jika sobat suka atau merasa bahwa artikel ini bermanfaat, tolong di SHARE melalui tombol Social Media (Facebook, Twitter, Google+, dan Pinterest) yang telah kami sediakan.
Tidak lupa, Sobat juga bisa memberikan komentar atau pertanyaan seputar Diabetes Melitus dibagian komentar berikut ini. Saya selalu menyempatkan untuk membaca setiap komentar dan menjawab pertanyaan yang masuk. 
Kedua hal tersebut, akan membantu saya sebagai penderita Diabetes mengetahui topik apa yang bermanfaat dan berguna bagi sobat sehingga saya bisa mencari lagi informasi yang berguna seputar pencegahan Diabetes lebih banyak lagi. Terima kasih :) 



FOLLOW and JOIN to Get Update!

Social Media Widget SM Widgets




Demo Blog NJW V2 Updated at: 21:13

0 komentar:

Post a Comment